"Welcome to the dejhe world"

Tuesday, March 4, 2014

Lahan Perkebunan Kopi Glory Morning Cafe

Pusat pengolahan kopi yang dimiliki oleh Morning Glory di desa Cibiana, tepat di pinggir jalan raya Pangalengan hari Sabtu kemarin.
Sehari sebelumnya kami dijamu oleh Kopi Aroma dan mendengar pemaparan Widya Pratama tentang filosofi bisnisnya serta melihat fasilitas roasting dan gudang kopinya. Pada hari yang sama, rombongan langsung meluncur ke Morning Glory Cafe yang beralamat di Setrasari Mall Kav C2/31, Bandung  dan bertemu dua orang pemiliknya Nathnael Charis (Nael) dan Michael. Keduanya berteman sudah sejak lama dan mantan fotografer pernikahan yang akhirnyanyemplung di bisnis kopi.
Nathanel Charis
Sedikit latar belakang tentang Nael yang dulunya boro-boro bisa minum kopi, tapi sejak mendapatkan “hidayah” untuk bisa menikmati kopi super nikmat di Amerika yang ternyata kopi Indonesia, matanya baru terbuka. Ia heran kenapa koq kopi Indonesia terasa lebih ajib di negeri orang di banding negeri sendiri. Sebuah keingintahuan seakan menggelitik dan menggodanya untuk mencoba mencari tahu dengan mendatangi perkebunan kopi yang paling dekat dengan tempat tinggalnya di Bandung, yakni di Pangalengan. Maka di  tahun 2004 ia mulai melakukan “silaturahmi” pertama yang ia lakukan dengan tetua adat di salah satu desa di sana yang sayangnya harus bertepuk sebelah tangan. Sang tuan rumah enggan melayani orang kota yang masih setia menunggu di teras rumahnya
Ekspor kopi ke Australia
Bukannnya kapok, tapi ia terus mencari tahu dan semakin intens mendatangi perkebunan di kawasan Pangalengan yang berada di ketinggian 900 meter lebih ini. Hingga akhirnya mendapatkan kesempatan untuk belajar memasak kopi di Australia di tahun 2007 lalu membuka Morning Glory sebuah cafe dan fasilitasroasting di tahun 2008. Di tahun 2010 Morning Glory menorehkan sejarah saat berhasil melakukan ekspor perdana ke Australia sebanyak 20 ton. Selain berkecimpung di pengolahan biji kopi, kini Morning Glory melengkapi fasilitasnya dengan sekolah barista berikut distributor mesin espresso La Marzocco, hulu hingga hilir.
Petani Kopi Pangalengan & Morning Glory
Berdiri di atas lahan 5000 meter, mungkin inilah fasilitas pengolahan kopi yang pertama dan terbesar di Pangalengan dengan proses pembangunan yang hampir rampung. Tak lama lagi menurut Michael, tempat ini akan segera beroperasi melakukan proses dari kopi gabah, yakni biji kopi yang sudah di kupas dan dikeringkan, namun masih terdapat lapisan kulit luarnya atau parchment (endocarp).
Apa alasan mereka hanya mau menerima kopi gabah ? Menurut Michael, ini adalah salah satu cara membantu petani kopi menaikan harga jual produk mereka karena bisa saja mereka menerima gelondong merah yang harganya jauh lebih murah. Dengan cara ini petani kopi diharuskan melakukan proses pengupasan(pulper), fermentasi (jika ada), lalu pengeringan sebelum bisa diolah di fasilitas Morning Glory yang hanya akan melakukan proses huller, sortasi, dan gudang penyimpanan beras kopi (green bean).
Gairah petani kopi di Pangalengan
Dalam diskusi dengan para petani binaan Morning Glory mengemuka beberapa tantangan dan peluang yang mereka hadapi selama ini. Penanaman kopi kembali bergairah terutama sejak tiga tahun yang lalu dengan ramainya pasar kopi arabika. Petani yang smeula banyak bertanam sayur, mulai kembali menyemai bibit kopi di lahan Perhutani dengan sistem bagi hasil dimana sebanyak 15% hasilnya akan menjadi milik lembaga pemerintah ini.
Dengan luas lahan mencapai empat ribu hektar lebih kawasan Pangalengan menyimpan potensi terpendam dan menjadi daya tarik eksportir dan para pengumpul kopi. Perang harga dan kompetisi tak sehat seringkali terjadi, tapi bagusnya petani kopi di sini menjadi pihak yang diuntungkan. Tapi tidak selalu manis ceritanya karena seringkali usaha mereka terseok jauh sebelum panen terjadi. Seorang petani menjelaskan jika masalah ijon sudah lumrah terjadi manakala kebutuhan mendasar petani seperti biaya perawatan kebun kopi seperti pupuk dan pestisida harus segera dipenuhi. Belum lagi dua momok yang seringkali menjadi penyebab utama mereka berhutang, biaya pendidikan dan kesehatan, dua hal yang seringkali menggerus pendapatan petani yang belum tiba.
Matematika petani kopi
Saat ini harga kopi gelondong merah berkisar 6 hingga 7 ribu rupiah per kilogramnya dan dari satu hektar petani bisa memperoleh panen sebanyak satu ton. Dengan demikian sekali panen, pemilik lahan satu hektar minimal bisa memperoleh pendapatan sekitar 6 juta dan bila setahun terjadi dua kali panen (Mei dan Oktober)  maka mereka bisa mendapatkan 12 juta.
Tapi ini pendapat kotor karena biaya perawatan bisa menghabiskan 30 hingga 40% hasil panen mereka. Kira-kira itulah ilustrasi penghasilan para petani kopi di sini bila mereka hanya menjual gelondong merah. Di sinilah peran Morning Glory yang saat ini melakukan pembinaan terhadap kelompok tani di Pangalengan dengan mendorong mereka untuk menjual kopi gabah dibanding gelondong merah yang bisa mencapai harga 12 ribu perkilogram nya.
Ina Muwarni dari SCAI memberikan salah satu solusi pembiayaan khusus untuk petani kopi yang saat ini sudah bisa dimanfaatkan oleh petani. Mekanisasi pertanian adalah salah satu tujuan micro finance untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas para petani seperti yang baru-baru ini dikembangkan oleh beberapa bank dalam negeri.

Pusat Pengembangan Kopi Arabika, Kubang Sari Pangalengan
Lahan perkebunan kopi arabika di Kubang Sari, berjarak hampir 10 km dari lokasi Morning Glory. Bersebelahan dengan perkebunan teh, di kawasan ini dikembangkan penanaman kopi arabika yang ditanam di atas lahan milik Perhutani.

No comments:

Post a Comment